Artikel : MENGUBAH NASIB DENGAN PERTOLONGN LANGIT
MENGUBAH NASIB DENGAN
PERTOLONGN LANGIT
By Ahmad Rifa’I Rif’an
P
|
enulisan blog special ini memiliki
latar belakang yang berbeda-beda. Namun ada satu hal yang membuat saya takjub.
Ternyata perjalanan kehidupan mereka seolah penuh dengan kemudahan dan dipercepat
oleh Allah menggapai impian-impian mereka.
Apakah
in terkait dengan kebiasaan mereka dalam membagi? Wallahu a’lam. Yang jelas, mereka semua menulis buku ini secara
bersama-sama, niatnya ikhlas untuk
berbagi.
Beberapa
saat setelah saya menikah kami tak punya banyak rencana, khususnya tentang
perencanaan untuk punya keturunan, namun setelah beberapa bulan menikah dan
belum juga tampak tanda-tanda kehamilan, istri saya mulai cemas, dia mulai
takut jangan-jangan ada apa-apa di antara kami. Beberapa kali sayan mengajaknya
konsultasi ke dokter, tetapi berulang kali pula dokternya hanya bilang, “ Baru
beberapa bulan. Banyak kok yang beberapa tahun menikah tetapi baru di kasih
keturunan.”
Jawaban
dokter tak pernah membuat istri saya tenang. Setiap bulan ia selalu gelisah.
Apalagi ketika mendekati tanggal menstruasi. Berulang kali ia meneteskan air
mata ketika darah menstruasi kembali datang. Lagi-lagi Allah belum juga
mengaruniakan kami keturunan.
Setelah
beberapa bulan belum juga tampak tanda-tanda kehamilan, saya ikut galau. Kami
bimbang, kami sedih, kami gelisah, kami terus mengadu, “Ya Allah, tolong beri
kami momongan”. Bahkan sering kali di sepertiga malam terakhir kami menangis
sambil berdo’a, “Ya Allah, tolong beri kami satu saja”. Namun berbulan-bulan
karunia itu tak kunjung datang.
Hingga
suatu hari, kami teringat dengan keajaiban sedekah. Karunia berupa anak
merupakan karunia yang luar biasa besar. Maka salah satu ikhtiar untuk
menggapainya, harusnya kita berani mengeluarkan sedekah beasr-besaran. Selama
ini kami sedekah sekadarnya. Jarang sekali di atas 20% dari penghasilan. Namun
pada bulan itu, kami mencoba bersedekah gila-gilaan. Kami bahkan tak menghitung
berapa sisa uang di rekening, tiap ada kesempatan sedekah, baik di jalanan, di
tempat kerja, di sekitar rumah, kami langsung mengeluarkannya tanpa piker
panjang, tepat sebulan kemudian, istri saya didiagnosis positif hamil.
Alhamdulillah.
Sejak
kuliah, salah satu kebiasaan yang saya lakukan adalah menuliskan target hidup.
Say sering cerita bahwa hidup jangan hanya mengalir saja seperti air. Karena
secara ilmiah, dalam keadaan normal air selalu mengalir ke tempat yang lebih
rendah. Artinya, orang yang membiarkan hidupnya mengalir seperti air, kualitas
hidupnya pasti akan mengarah ke kualitas hidup yang lebih rendah.
-
Tidak minta orang
tua uang sepeser pun untuk kuliah,
-
Punya usaha
paling lambat usia 22,
-
Lulus kuliah
paling lambat usia 23,
-
Kerja sebagai
engineer paling lambat usia 23,
-
Nulis minimal 24
buku pada usia 24,
-
Bikin rumah
sendiri paling lambat pada usia 24,
-
Nikah paling
lambat pada usia 24.
Itulah beberapa target yang saya tulis
beberapa tahun lalu, setelah menuliskan target, saya punya cara jitu sebagai
upaya agar target itu bias tergapai. Merem sejenak, bayangin seolah kita sudah
mendapat semua yang kita impikan. Setelah terbayang dengan kuat, baca sholawat,
lalu iringi dengan do’a yang ikhlas, “Ya Allah, tolong kabulkanlah! Tolong
kabulkanlah! Tolong kabulkanlah!”.
Alhamdulillah,
saat ini semua target itu hanya menjadi kenangan indah, karena seluruhnya
tercapai tepat pada waktunya.
“Do’a
itu terhalangi, hingga orang yang berdo’a itu bersholawat untuk Rasulullah
SAW”.
Kesuksesan
orang-orang besar senantiasa di barengi oleh dua pilar utama. Di satu sisi
mereka memaksimalkan upaya lahirnya dengan impian yang tinggi, tindakan yang
besar, serta pantang menyerah dalam menggapai apa yang di citakannya. Di sisi
yang lain mereka punya pegangan yang kuat dalam hidupnya. Keimanan mereka pada
kekuasaan Tuhan yang membuatnya yakin bahwa segala yang di impikan itu pasti
terwujud. Keyakinan itu selain punya dampak psikologis berupa peningkatan
optimis dalam diri, ternyata juga punya dampak yang lain, yakni fadhilah
ibadah. Karena Allah menjanjkan ada beberapa ibadah mahdhah yang balasannya tak
hanya turun di akhirat, tapi semenjak di dunia sudah bisa di rasakan oleh
pengamalnya.
B.J.
Habibie merutinkan puasa senin-kamis, otak briliannya menelurkan bermacam karya
dan banyak amanah. Ippho Sentosa memuliakan bundanya, bukunya terlaris
se-indonesia . Ustadz Yusuf Mansyur merutinkan shalat Jemaah dan sedekah,
rezeki berlimpah dating tak terduga.
Kita
merutinkan apa? Jemaah sholat nggak pernah, dhuha males, tahajud males, nikah
takut, sedekah Cuma recehan, senin-kamis nggak pernah, apalagi puasa Daud. Wajarlah
kalo nasib gitu-gitu aja.
Usaha
tanpa do’a jadinya tak sempurna. Ikhtiar tanpa ritual, jadinya pincang. Maka
beramallah untuk akhiratmu, sukses duniamu akan ngikut. Pasti ngikut.
Komentar
Posting Komentar